Koleksi artikel Karir, Komputer, Pengembangan Pribadi, Rohani dll
Home · Terbaru · Populer · Web Links 29 Apr 2025
GSN recommended web :
Ide2 bisnis, ide2 blog dari Cosa Aranda





Search

Artikel Web Link
Kategori
Excel Tips
Film Bioskop
Humor
Karir
Keluarga
Komputer & Internet
Pemasaran
Pengembangan Pribadi
Pernikahan
Relasi
Rohani
Virus & Antivirus
Webmaster
Lain-lain
Feed Back
Nama:
Email:
Pertanyaan/ Masukan/ Request Artikel/ Comment:

. . . .

Untuk mengundang Motivator Top Indonesia di Perusahaan / Organisasi Anda bisa kunjungi website dibawah ini:

Motivator Indonesia

Menyusuri Keindahan Sungai Swan
Selasa, 10 Juni 2008 | 16:15 WIB
Tanggal 2 Mei, 179 tahun lalu, kapal HMS Challenger di bawah pimpinan Kapten Charles Fremantle mendarat di sebuah muara sungai di pesisir barat Australia. Begitu melihat angsa warna hitam lalu lalang, sungai tersebut langsung dia beri nama Swan.

Tempat Kapten Charles Fremantle mendarat itu kini tumbuh menjadi sebuah kota pelabuhan. Sebagai penghargaan kepada penemunya, akhirnya diberi nama Fremantle.

Tiga setengah bulan setelah Challenger mendarat, Kapten James Stirling ditugaskan menyusuri Sungai Swan untuk mencari lokasi yang bisa dijadikan pemukiman. Setelah berlayar sejauh 20 km, ditemukan lembah sungai sangat indah, landai, berhias perbukitan sampai ke kaki langit.

Tanggal pendaratan Stirling, 12 Agustus 1829, nantinya ditetapkan sebagai hari lahir Perth, ibu kota Western Australia. Sebuah negara bagian terbesar, seperenam luas benua Australia, tetapi dengan penduduk tidak sampai dua juta orang, hampir semuanya menumpuk di Perth.

Rahasia keindahan Perth baru terbongkar pada tahun 1962 dan langsung menjadi buah bibir di seluruh dunia. Ini semua gara-gara astronot John Glenn dari Amerika Serikat dalam penerbangan bersejarah memakai satelit mengorbit dunia, melihat cahaya warna-warni indah di tengah kegelapan malam.

"City of Lights," komentar John Glenn. Jadilah predikat kota cahaya untuk Perth. Dilengkapi komentar pelaut pemenang lomba layar America's Cup, Dennis Connor, 'the most isolated city in the world.'

Memang Cantik

Di sisi barat, Lautan India membatasinya sampai ke pesisir timur Afrika. Di sisi timur, padang pasir serta belukar memisahkannya dengan pantai timur Australia. Oleh karena itu, letak Perth malahan jauh lebih dekat ke Jakarta atau Singapura, dibanding ke Sydney atau ke ibu kota negara federal Australia, Canberra.

Dalam segala macam keterpencilan tersebut, Perth tumbuh menjadi metropolitan modern dan Australia Barat bisa mempertahankan diri sebagai museum alam karena memiliki spesies tanaman serta binatang unik yang tersisa dari zaman purba, sejak koala sampai kangguru hingga ke buaya air tawar. Jadilah, Perth khususnya dan Australia Barat pada umumnya, wilayah yang menyimpan koleksi majemuk, dari hutan lebat di selatan sampai belantara tropis di sebelah utara.

Dalam kondisi semacam itu, Perth tumbuh menjadi pemukiman dengan masyarakat aneka bangsa yang sangat ramah. Inilah salah satu dari dua kota di dunia, kota lainnya Paris, yang masyarakatnya membentuk organisasi sukarela untuk menyambut tamu. Mereka bertugas di bandara atau stasiun kereta api Perth.

Namun, antara bulan November sampai April, masa kedatangan kapal-kapal pesiar, organisasi sukarela itu juga bertugas di pelabuhan Fremantle. Di semua lokasi tersebut sukarelawan WOW (West Oz Welcomers) siap membantu semua tamu untuk mencarikan hotel, menunjukkan tempat wisata, dan menjawab semua pertanyaan wisatawan.

"Pokoknya, kami tak akan membiarkan orang tersesat di Perth," kata Imelda, seorang petugas WOW, ibu separuh baya dengan pakaian seragam warna merah dan topi kulit khas Australia. "Kalian dari Indonesia? Mengapa tidak menengok King's Park?"

Petunjuknya langsung saya ikuti dan ternyata memang menakjubkan. 'Taman Raja' seluas 400 hektare terletak persis di seberang Sungai Swan. Secara leluasa pengunjung bisa menyaksikan panorama seluruh pencakar langit Perth, persis bagaikan melihat kartu pos berisi gambar pemandangan.

Seluas 17 hektare dari kawasan King's Park dijadikan taman botani, tempat 450 jenis tanaman dan bunga langka berikut 17 spesies burung dilestarikan. Berjalan-jalan di taman botani bagaikan bertamasya ke sebuah hutan perawan yang belum terusik oleh nafsu serakah manusia.

Sementara itu, bagi mereka yang mencintai sejarah, dipersilakan naik feri menyusuri Sungai Swan, dari Perth ke Fremantle. Jika Perth adalah metropolitan modern penuh warna, Fremantle merupakan kota kuno yang berhasil dilestarikan menjadi museum hidup dengan menyimpan sebuah pesona abadi penuh kenangan.

Dipanggil dengan sebutan akrab Freo, kota ini campuran dari butik, galeri seni, pasar tradisional, hingga museum. Semakin lebih menarik, semua lokasi tersebut seluruhnya bisa dicapai dengan berjalan kaki karena Freo memang tidak begitu luas.

Imelda menjelaskan, "Kaitan antara Fremantle dengan Indonesia sangat unik, dilambangkan dalam sisa-sisa kapal yang kini masih disimpan di Museum Fremantle."

Kapal Batavia

Kisah tersebut dimulai pada pertengahan abad XVII, masa kejayaan VOC, perkumpulan dagang Hindia Timur ketika menguasai Nusantara. Sebuah kapal kayu raksasa dibikin di Belanda, diberi nama Batavia. Kapal kebanggaan armada VOC tersebut dalam pelayaran perdana bertolak meninggalkan pelabuhan Roterdam, Belanda, menuju ke Batavia (kini Jakarta).

Selepas berbelok di ujung Afrika dan masuk Lautan Hindia, Batavia disergap badai besar. Arah semula menuju ke timur laut agar tepat menuju ke Selat Sunda, menjadi kacau. Kapal berubah arah, kini menuju ke timur dan akhirnya terdampar pada sebuah pulau kosong, beberapa kilometer di lepas pantai Australia Barat, di muka Fremantle.

Kapal Batavia tidak pernah berhasil mencapai tujuan akhir pelayaran perdananya. Sisa-sisa kapal layar raksasa tersebut sekarang menjadi koleksi paling berharga di Museum Maritim Fremantle. Termasuk yang sekarang ini juga dijadikan koleksi, batu-batu calon gerbang kota yang dibikin di Belanda dengan rencana akan dipasang sebagai pintu gerbang Batavia. Bahkan lokasinya sudah disiapkan, menghadap ke utara di sekitar kawasan Pasar Ikan, Jakarta.

Oleh karena itu, kalau hanya ingin sekadar menyaksikan keindahan Eropa kuno, tidak usah membuang uang dan waktu dengan melancong ke daratan Eropa, nun jauh di sana. Hanya dengan tiga jam terbang dari Jakarta, keindahan rancang bangun berikut kenyamanan kehidupan masyarakat Eropa abad lalu, sudah bisa kita temukan di Perth dan kota padanannya, Fremantle.

Sumber: Kompas.com
Suka dengan artikel ini? [Bagikan artikel ini ke teman2-mu di FACEBOOK. Klik disini]


Posted: 06 July 2008 05:423048 Reads - Print
Ratings
Please select your Rating:
No Ratings have been Posted.
Artikel Sebelumnya:
Afrika Selatan, Pesona Keindahan Negeri Pelangi

Bosan ke Puncak? Gunung Bunder Aja...(1)

Bosan ke Puncak? Gunung Bunder Aja...(2)

Ke Mumbai Mampir Bollywood

Hanami, Menikmati Bunga Sakura Bermekaran

Artikel Lainnya:
Renungan Harian Katolik RenunganPKarmCSE.com

Koleksi ucapan/sms Selamat Tahun Baru 2011

Pesan Paus untuk para Imam: "Kita Harus nge-Blog"

Penyakit Kawasaki Hadir di Indonesia;; 5.000 Balita Menderita Penyakit Kawasaki;; RS Omni Dirikan Kawasaki Center

Netbook HP (Notebook mini Hewlett-Packard) yang paling dicari saat ini: HP mini 1013TU, HP 1169, HP 1179

Melakukan Lima Usaha Marketing (3)

Membangun Spirit Bangsa

Milis Yahoogroups yang mendadak hilang/dihapus

I Love You, Honey

Jurus-Jurus Marketing Inspirasional (Jurus Orchard Road)



It's free for YOU. Gratis untuk ANDA!