Ajaran Sosial Gereja Belum Banyak Dikenal Umat
http://www.gsn-soeki.com/wouw/
(Sumber: Hati Kudus Yesus Newsletter 17 Juni 2007)
(Penulis: Yudhit Ciphardian)
Gereja Katolik selalu menyebut kemiskinan sebagai kemiskinan struktural. Artinya, orang miskin bukan miskin karena nasib, takdir atau kemalasan, tapi karena proses pemiskinan yang dilakukan oleh negara. Orang miskin kehilangan akses sosial, politik dan ekonomi karena hak-haknya direnggut oleh negara. Seluruh daya, karsa dan cipta orang miskin seketika mati saat akses-akses itu tertutup.
Tujuan didirikannya sebuah bangsa adalah untuk kesejahteraan warganya, maka segala peraturan, keputusan dan kebijakan penguasa haruslah berdampak pada semua lapisan masyarakat secara adil.
Soal pendidikan, misalnya, negara harus membuat peraturan dan kebijakan yang adil dan merata agar setiap warga negara memperoleh kesempatan yang sama untuk menikmati pendidikan Seperti tertulis dalam UUD'45, negara wajib menyediakan pendidikan dan pekerjaan yang layak bagi warga negaranya. Tidak seperti sekarang, biaya pendidikan mahal sehingga orang miskin semakin sulit mengangkat derajat hidupnya karena berpendidikan rendah.
Di negara maju atau yang biasa disebut negara kesejahteraan (welfare state), ada dana sosial yang disediakan untuk mensubsidi biaya kesehatan, pendidikan dan jaminan pensiun bagi warga negaranya. Di Indonesia, 60% APBN setiap tahun habis untuk membayar bunga utang luar negeri saja. Subsidi kebutuhan bagi orang miskin (BBM, listrik) dicabut oleh negara demi mencukupi pembayaran utang. Anggaran untuk pembayaran utang sebesar 2,8 kali anggaran pendidikan, 10,6 kali anggaran kesehatan, 32,7 kali anggaran perumahan dan fasilitas umum, 119,8 kali anggaran tenaga kerja, dan 27,7 kali anggaran lingkungan hidup (RAPBN 2005).
Inilah yang disebut kemiskinan struktural yaitu saat negara menyebabkan warganya menjadi semakin miskin. Kemiskinan struktural ini sudah lama diserukan oleh Gereja Katolik lewat ensiklik-ensiklik yang biasa disebut Ajaran Sosial Gereja (ASG). Sayangnya, ASG tidak populer di kalangan umat meski ajaran-ajarannya selalu berlaku universal alias kontekstual dengan jaman sekarang.
Dalam acara Bincang-bincang Pagi bersama Uskup Surabaya Mgr. Vincentius Sutikno, Pr dan Prof.Dr.Rm.Franz Magnis di stasi St. Yakobus, Minggu (10 Juni 2007) yang lalu, terungkap bahwa ASG masih belum banyak diketahui oleh umat Katolik. Padahal ASG sudah sejak dulu menjawab pertanyaan atas tema yang diangkat oleh panitia diskusi yaitu "Keberpihakan Gereja Katolik Kepada Masyarakat Yang Tertindas atau Masyarakat Yang Menindas?".
Dalam diskusi yang diikuti puluhan umat dari dalam dan luar kota Surabaya ini Uskup dengan fasih menyebutkan beberapa seri ASG yang perlu menjadi pegangan umat sekaligus mengingatkan agar ASG perlu disosialisasikan.
Sementara Rm Magnis mengingatkan bahwa misi penyebaran agama Katolik di Indonesia dulu sudah menegaskan bahwa prioritas keberpihakan adalah bagi mereka yang miskin, tertindas dan terpinggirkan. (@)
---
SERI
AJARAN SOSIAL GEREJA (ASG)
(*) Rerum Novarum
Kondisi Pekerja
Paus Leo XIII, 15 Mei 1891
(*) Quadragesimo Anno
40 tahun Rerum Novarum
Paus Pius XI, 15 Mei 1931
(*) Mater et Magistra
Ibu dan Gereja
Paus Yohanes XXIII, 15 Mei 1961
(*) Pacem in Terris
Damai di Bumi
Paus Yohanes XXIII, 11 April 1963
(*) Dignitatis Humanae
Deklarasi Kebebasan Beragama
Konsili Vatikan II, 7 Desember 1965
(*) Gaudium et Spes
Gereja di Dunia Dewasa Ini
Konsili Vatikan II, 7 Desember 1965
(*) Populorum Progressio
Perkembangan Bangsa-Bangsa
Paus Yohanes Paulus VI, 26 Maret 1967
(*) Octogesima Adveniens
40 Tahun Rerum Novarum
Paus Pius XI, 15 Mei 1971
(*) Justice in the World
Keadilan Dunia
Sinode Uskup, 30 November 1971
(*) Laborem Exercens
Hakikat Kerja
Paus Yohanes Paulus II, 14 September 1981
(*) Theology of Liberation
Teologi Pembebasan
Kongregasi Doktrin Iman, 6 Agustus 1984
(*) Sollicitudo Rei Socialis
Perhatian Akan Masalah Sosial,
Perayaan 20 Tahun Populorum Progressio
Paus Yohanes Paulus II, 30 Desember 1987
(*) Centesimus Annus
Karya Sosial Gereja
Perayaan 100 Tahun Rerum Novarum
Paus Yohanes Paulus II, 15 Mei 1991
Suka dengan artikel ini? [Bagikan artikel ini ke teman2-mu di FACEBOOK. Klik disini]