http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_c&id=279983
Selasa, 10 Apr 2007,
Luncurkan 3, Hutchison Bikin Gebrakan dalam Bisnis Seluler di Indonesia
http://www.gsn-soeki.com/wouw/
Tawarkan Fitur Canggih, Targetkan Sejuta Pelanggan Tahun Ini
Industri telekomunikasi Indonesia semakin marak. Itu terbukti dari kehadiran pemain baru, seperti PT Hutchison CP Telecom Indonesia. Berbekal pengalaman di negeri, mereka siap bersaing dengan operator lainnya yang sudah eksis di tanah air.
Andreswari W., Jakarta
Dengan jumlah penduduk besar (lebih dari 200 juta), Indonesia merupakan pasar yang potensial. Apalagi, saat ini ekonomi Indonesia berangsur pulih. Tak heran banyak perusahaan asing masuk.
Kondisi ini juga terjadi dalam industri telekomunikasi. Beberapa perusahaan ternama masuk dengan menanamkan dana pada operator telekomunikasi nasional. Ada pula yang melakukan investasi langsung, seperti PT Hutchison CP Telecom Indonesia (HCPTI). Perusahaan ini patungan antara Hutchison Telecommunications International Ltd (60 persen) dan Charoen Pokphand Group (40 persen).
Hutchison adalah perusahaan milik taipan Hongkong, Li Ka-shing. Sedangkan Charoen Pokphand dikenal sebagai salah satu perusahaan besar asal Thailand. Perusahaan itu selama ini telah mengembangkan bisnisnya di Indonesia dalam bidang industri pakan.
Presdir HCPTI Rajiv Shawney mengakui potensi pasar Indonesia. Dia menyebut teledensitas seluler di Indonesia saat masih berkisar 27 persen. "Baru sekitar 30 persen dari total penduduk Indonesia yang punya ponsel. Fakta tersebut menunjukkan betapa besar potensi market di sini," katanya kepada Jawa Pos baru-baru ini.
Meski memiliki potensi besar, tidak mudah bermain di pasar Indonesia. Itu dialami HCPTI. Perusahaan tersebut ada di Indonesia sejak beberapa tahun lalu dengan nama Cyber Access Communications (CAC). CAC merupakan salah satu perusahaan telekomunikasi pertama di Indonesia yang menerima lisensi frekuensi seluler generasi ketiga (3G). Tetapi, layanan HCPTI baru diluncurkan tahun ini atau sekitar 3-4 tahun sejak mereka mendapatkan lisensi.
Kenapa begitu? "Kami butuh waktu untuk membangun infrastruktur dan network," tutur Shawney beralasan. "Tetapi, saat diluncurkan, kami benar-benar siap melayani kebutuhan konsumen," lanjutnya.
HCPTI mengusung brand 3 (baca: tri) sebagai andalan. Produk ini benar-benar dipersiapkan secara matang. Brand itu juga digunakan Hutchison di beberapa negara Asia dan Eropa. Termasuk, Hongkong, Australia, Inggris, Italia, Irlandia, Austria, Swedia, dan Denmark.
Bedanya, pengucapan brand global tersebut disesuaikan dengan negara setempat. Di negara-negara yang berbahasa Inggris, seperti Britania Raya atau Australia, 3 diucapkan sebagai Three. Sedangkan di Italia dilafalkan Tre atau Drei di Austria. Di Indonesia, mereka mengidentikkan 3 dengan Tri, yang berasal dari bahasa Sansekerta dan dikenali jadi pengganti angka tiga.
Mengusung strategi competitive price, HCPTI yakin mampu merebut hati konsumen. 3 menawarkan struktur panggilan yang lebih ringkas daripada pesaing. Membuang perhitungan peak/off peak dan zona SLJJ (sambungan langsung jarak jauh), 3 hanya membuat dua tipe panggilan. Yakni, sesama pelanggan dan bukan pelanggan 3; serta lokal dan SLJJ. Mereka juga menawarkan pilihan membeli isi ulang sesuai kebutuhan tanpa batasan tertentu.
Mereka juga memiliki beberapa fitur lebih maju dan canggih. Salah satunya adalah speech recognition. Lewat layanan ini, konsumen dapat menikmati beragam content tanpa perlu mengingat kata kunci atau menekan tombol. "Cukup mengucap menu yang diinginkan. Mulai ringtone hingga berbagai content lain," tutur Shawney.
3 mengklaim memiliki sekitar 90 persen content yang ada pada industri telekomunikasi Indonesia saat ini. Mereka mengaku tidak mengalami masalah dengan interkonseksi antaroperator.
Tentu, 3 bukan tanpa kelemahan. Saat peluncuran awal April hingga Juni nanti, baru 75 persen populasi di Jawa (64 kota) yang terlayani. Itu terdiri dari tujuh ibu kota provinsi, 32 kota (ibu kota) kabupaten, dan 24 kota (ibu kota) kecamatan.
Bali terlayani Juni nanti. Lalu, Sumatera Agustus 2007, serta Sulawesi dan Kalimantan sebelum akhir tahun depan. Layanan generasi ketiga (3G) baru dapat dilayani di dua wilayah, yakni Jakarta dan Banten.
"Untuk 3G, kami menjadikan Jakarta sebagai milestone. Pengembangannya menunggu respons masyarakat yang butuh layanan tersebut," kata Shawney.
Operator seluler itu sangat optimistis atas bisnis mereka di Indonesia. 3 menargetkan bisa mengaet hingga satu juta pelanggan sebelum 2007 berakhir. Mereka juga berencana menanamkan investasi USD 1 miliar (sekitar Rp 9,1 triliun) pada 2007-2008 di Indonesia. Investasi itu digunakan untuk membangun infrastruktur dan layanan. Dari investasi itu, saat ini baru digunakan sekitar USD 450 juta (sekitar Rp 4,1 triliun).(*)
www.three.co.id
Suka dengan artikel ini? [Bagikan artikel ini ke teman2-mu di FACEBOOK. Klik disini]