(Oleh: Peter Purwanegara )
http://www.gsn-soeki.com/wouw/?koleksi-artikel-utk-semua
Setiap Minggu pagi aku pergi ke gereja untuk berbakti. Dan selalu duduk
di bangku nomer dua dari belakang. Menjelang Natal, pengunjung gereja
pun mulai meningkat. Dan kebanyakan orang mempunyai kesenangan sama
denganku, yakni duduk di bangku bagian paling belakang. Seperti hukum
tak tertulis saja.
Di tengah-tengah kebaktian, ketika aku sedang konsentrasi untuk
mendengarkan pendeta yang sedang berkotbah. Tiba-tiba tercium bau
keringat seseorang yang menyengat hidungku. Ku lihat ada tiga orang
wanita juga menutup hidung mereka dengan tissue Aku asumsikan mereka
juga mencium baru keringat itu.
Selesai kebaktian, masih pula tercium bau keringat tersebut. Dan hal itu
membuatku lebih heran dan penasaran. Siapakah orang yang mempunyai bau
keringat tersebut? Aku mencoba memperhatikan beberapa orang di sekitarku
duduk. Untuk mencari kira-kira dari arah mana bau keringat tersebut
tersebar. Pilihanku jatuh pada seorang pria yang duduk di bangku paling
belakang. Dengan rambutnya yang sebagian telah memutih dan pakaian yang
sederhana cukup mudah untuk dikenali, bahwa penampilan om tersebut
tampak beda dengan Jemaat yang lain. Akupun mencoba menghampiri dan
menyapanya. Dugaanku memang tidak salah, bau keringat tersebut tercium
lebih tajam, setelah aku berdiri di hadapannya. Aku juga baru mengenal
om itu untuk pertama kali. Aku memanggil dia om Nusa.
Minggu depannya, aku melihat om Nusa kembali duduk di barisan bangku
paling belakang. Waktu kebaktian aku mencium bau keringat kembali. Dan
beberapa orang juga menutup hidung mereka. Dugaanku, bau keringat itu
berasal dari om Nusa. Aku merasa tidak enak jika ingin memberi tahu
tentang hal ini secara langsung. Maka aku ada akal. Kebetulan saat itu
menjelang Natal, maka tidak ada salahnya jika aku memberi om Nusa sepaket
kebutuhan sehari-hari termasuk sabun mandi dan penghilang bau badan. Aku
tidak ingin om Nusa tersinggung.
Dua minggu kemudian bertemu dengan om Nusa lagi. Aku bertanya, apakah
paket kebutuhan sehari-hari itu sudah dipakainya. Dia sangat senang
dengan paket tersebut dan telah memakainya. Aku pun juga senang kalau om
Nusa telah memakai pemberianku. Cuma yang membuatku masih heran dan
penasaran, waktu kebaktian tadi, aku masih mencium bau keringat. Setelah
mengajak om Nusa mengobrol lebih lama dan lebih jauh lagi. Aku baru
tahu, kalau om Nusa termasuk kategori lansia dengan usia kepala enam.
Dia hidup sendiri, istrinya telah meninggal, anak-anaknya telah
berkeluarga dan tidak mau tinggal bersama dengan om Nusa. Uang pemberian
anak-anaknya tidak mencukupi untuk biaya hidupnya. Maka om Nusa harus
bekerja untuk mendapatkan uang tambahan. Pada hari Minggu pagi pun om
Nusa harus bekerja di pabrik pemotongan ikan. Setelah selesai bekerja,
om Nusa berjalan kaki menuju ke gereja, yang ditempuhnya dengan kurang
lebih setengah jam!
Di atas kepalaku seakan menyala lampu halogen yang sangat terang. Aku
baru menyadari, dengan berjalan kaki kurang lebih setengah jam, maka
tidak heran om Nusa berkeringat. Aku pun bertanya padanya, mengapa om
Nusa tidak mau naik kendaraan umum saja untuk pergi kegereja, supaya
tidak bersusah payah kelau ke gereja. Jawabnya sederhana, biar uang
untuk angkutan umum itu bisa ditambahkan dengan uang persembahan yang
telah dipersiapkannya.
Aku pun tertegun mendengar jawaban om Nusa tersebut. Pintu hatiku seakan
diketuk untuk disadarkan setelah mendengar jawaban itu. Aku sebelumnya
menyangka bukan-bukan tentang om Nusa. Kini aku lebih menyadari bahwa
dugaanku dengan hanya melihat penampilan om Nusa dari luar saja, itu
ternyata salah besar. Dan aku tidak pernah berpikir apa yang terjadi
sebenarnya. Apakah kebanyakan dari kita seperti demikian ? Ketika kita
berhadapan dengan seseorang yang sederhana (terutama di gereja), kita
belum-belum sudah mempunyai prasangka negatif terhadap seseorang
tersebut.
Ah, Tuhan seakan memberikan suatu pelajaran buatku, lewat caraNya yang
unik. Karena dengan mencium bau keringat di waktu kebaktian itu, aku
beroleh suatu pelajaran dari seorang tua yang sederhana. Dan aku
mengenal satu jemaat lagi di gerejaku. Bukankah kita seringkali dalam
satu gereja tidak pernah bertegur sapa dengan jemaat yang lain?
Seringkali kita tidak pernah mengenal dan tidak mau mengenal jemaat yang
duduk di sebelah kiri, kanan, depan, belakang kita. Sepertinya tujuan
kita ke gereja itu begitu 'agung'-kah kita datang ke gereja hanya untuk
beribadah kepada sang Pencipta kita. Kita tidak peduli dengan orang
lain. Tetapi Tuhan mempunyai keinginan yang berbeda dengan kita. Tuhan
menginginkan kita untuk dapat bersekutu dengan sesama kita juga.
Dari bau keringat om Nusa, aku dapat mengetahui masalah om Nusa yang
terbatas dalam transportasi. Dan aku dapat memasukkan nama om Nusa dalam
daftar doaku pula. Bukankah itu yang Tuhan inginkan untuk kita lakukan?
Kita dapat menolong sesama saudara seiman kita dan mendoakan. Jika kita
tidak mengenal jemaat lain yang dalam masalah bagaimana kita dapat
menolong atau mendoakan mereka ?
Setelah kejadian hari Minggu itu, pada minggu-minggu berikutnya aku pun
dapat berbakti dengan tenang, tidak terganggu oleh bau keringat lagi.
Karena sekarang om Nusa pergi ke gereja bersamaku dengan mengendarai
mobil, sehingga om Nusa tidak perlu berjalan kaki dan "berkeringat".
Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam
kasih dan dalam pekerjaan baik.
(Ibrani 10:24)
http://www.gsn-soeki.com/wouw/?koleksi-artikel-utk-semua
Suka dengan artikel ini? [Bagikan artikel ini ke teman2-mu di FACEBOOK. Klik disini]