02 Agustus 2006 - 08:38
Cara-Cara Menghidupkan Kembali Iman Dan Komunitas Muncul Lewat Dialog
http://mirifica.net/wmview.php?ArtID=3149
PATNA, India (UCAN) -- Dalam sebuah pertemuan dengan uskup mereka yang baru ditahbiskan, kaum awam di India bagian timur menggabungkan diri dengan para pastor dan suster untuk membuat rencana bagi keuskupan mereka yang baru, yang kebanyakan umatnya adalah masyarakat pedesaan yang miskin.
Uskup Buxar Mgr William D'Souza SJ mengatakan kepada UCA News 21 Juli, dia ingin memimpin keuskupan itu sesuai kehendak bersama seluruh umat. Untuk mengumpulkan pendapat mereka, dia menyelenggarakan apa yang disebutnya dialog dalam solidaritas.
Sekitar 110 umat, termasuk wakil awam dari seluruh 13 paroki serta para pastor dan suster, menghadiri pertemuan 18-21 Juli di pusat pastoral regional ?av Jyoti (terang baru) di Patna, ibu kota Negara Bagian Bihar, 980 kilometer timur New Delhi. Keuskupan Agung Patna adalah induk Keuskupan Buxar.
Uskup D'Souza ditahbiskan menjadi pemimpin Keuskupan Buxar pada 25 Maret. Keuskupan yang berpusat di Buxar itu secara resmi didirikan 12 Desember lalu. Buxar berada di perbatasan antara Negara Bagian Bihar dan Negara Bagian Uttar Pradesh. Buxar berjarak 900 kilometer tenggara New Delhi.
Kebanyakan dari 24.000 umat Katoliknya adalah warga dalit (orang-orang yang berasal dari kasta-kasta paling rendah dan yang pernah dijuluki "untouchables" (emoh disentuh). Mereka tersebar di lebih dari 200 desa terpencil di wilayah seluas 11.300 kilometer persegi.
Uskup D'Souza, yang sebelumnya adalah seorang pastor paroki di wilayah Buxar, mengatakan bahwa dia memutuskan untuk bekerja dalam kesatuan kompak dengan umat untuk "membuat rencana demi kesejahteraan tubuh dan roh umatnya."
Arun Kumar, 20, seorang mahasiswa Katolik yang menghadiri pertemuan itu, mengatakan kepada UCA News bahwa kebanyakan peserta awam merasa bahwa keuskupan mereka harus menaruh perhatian pada masalah ekonomi dan pendidikan." Dia mengatakan bahwa "tidak adanya iman yang teguh" merupakan sebuah persoalan di kalangan umat Katolik dan bahwa beberapa keluarga telah kehilangan iman mereka karena tidak adanya "dialog antara para imam dan umat awam."
Kumar mengatakan, 20 tahun lalu ada 40 keluarga Katolik di desanya, tapi sekarang ini hanya ada sembilan. Perlahan-lahan, mereka kembali ke sistem kasta Hindu karena tekanan sosial, namun mereka dapat kembali ke pangkuan Gereja jika Gereja memulai suatu gerakan pembaruan iman melalui doa keluarga, retret kharismatik, dan pertemuan secara teratur, tambahnya.
Felix Remy, 64, seorang katekis, mengatakan kepada UCA News, pertemuan itu menekankan pengajaran agama yang efektif, khususnya bagaimana memotivasi kaum muda untuk menghadiri Misa sehingga iman mereka dikuatkan kembali. Yamuna Prasad, 26, seorang lulusan universitas yang masih menganggur, menambahkan bahwa para peserta menginginkan lebih banyak sekolah menengah dan sekolah tinggi serta asrama untuk menolong para pelajar Katolik yang berasal dari desa-desa terpencil.
Prasad juga mengatakan, para peserta lebih mengharapkan lembaga-lembaga teknik dan pusat-pusat pelatihan kejuruan. wiraswasta merupakan satu-satunya jawaban, katanya, karena semua orang tahu bahwa pemerintah maupun Gereja tidak bisa memberi pekerjaan apa-apa.
Meera Premchand, seorang wanita pekerja sosial berusia 32 tahun, mengatakan, dia ingin paroki-paroki mengembangkan Self-Help Groups bagi kaum wanita untuk meningkatkan kebiasaan mereka untuk menabung dan memulai proyek-proyek yang menambah penghasilan dengan pinjaman dari kelompok-kelompok semacam itu.
Remy, seorang katekis berusia 40 tahun, mengatakan, sebelumnya dia tidak pernah melihat seorang uskup melibatkan kaum awam dalam program-program perencanaan untuk keuskupan. Dia mengharapkan, katanya, bahwa gerakan yang mulia dan historis dari uskup baru itu dapat meningkatkan kepercayaan dan kerja sama antara umat awam dan para pemimpin Gereja.
Suster Smita (dari Tarekat Hati Kudus), yang telah berkarya beberapa tahun di sebuah paroki di Buxar, mengatakan kepada UCA News, "Ini sangat bersifat revolusioner untuk melibatkan umat awam dalam urusan-urusan Gereja." Menurut biarawati itu, kaum awam umumnya dipandang sebagai orang-orang yang menunggu untuk "mengais sesuatu dari Gereja, tetapi mereka sesungguhnya menaruh perhatian untuk menguatkan Gereja -- dan Gereja perlu mengembangkan sikap itu."
Pastor Augustine Kisku SJ, seorang warga suku Santal, mengatakan, pertemuan yang unik itu merupakan yang pertama di Bihar. Para pemimpin Gereja menjadi pendengar yang pro-aktif, sementara umat awam memperjuangkan visi dan rencana aksi masa depan bagi keuskupan."
Dialog semacam itu akan membebaskan para imam dari tuduhan bahwa para imam "mencekoki gagasan dan keputusan kepada kaum awam tanpa mengetahui kenyataan di lapangan," lanjutnya.
Uskup D'Souza mengakui, dia mengharapkan "suatu banjir tuntutan dan harapan dari umat," tapi dia senang bahwa "tidak sesuatu pun seperti itu yang terjadi."
Dalam pertemuan itu, katanya, umat awam dari pedesaan tidak mencari amal kasih, melainkan menasehatinya untuk memanfaatkan tenaga, kekuatan, dan orang-orang Gereja untuk memastikan bahwa program-program untuk orang miskin dan kesejahteraan dari pemerintah itu mencapai desa-desa.
"Saya gembira bahwa umat kita tidak meminta amal kasih, tapi seperti para pastor dan suster sangat berusaha mengejar keadilan dan hak-hak asasi manusia," katanya.
Suka dengan artikel ini? [Bagikan artikel ini ke teman2-mu di FACEBOOK. Klik disini]