15 Juni 2006 - 10:30
Kaum Muda Katolik Tunjukkan Minat Akan Panggilan Religius
http://mirifica.net/wmview.php?ArtID=3014
KROYA, Jawa Tengah (UCAN) -- Yohanes Debrito Eska gagal dalam ujian masuk sebuah seminari menengah tahun lalu, tapi hal ini tidak menghentikan dia untuk mencoba kembali.
Pemuda berumur 20 tahun asal Paroki St. Yosef di Sidareja, Kabupaten Cilacap, itu sudah berencana untuk mengikuti ujian masuk Seminari Menengah Stella Maris di Keuskupan Bogor tahun ini.
"Sejak dulu saya tertarik melihat kehidupan para imam," kata Eska, mahasiswa Akademi Manajemen Informatika dan Komputer di Purwokerto. Eska juga sering mengunjungi pastoran, khususnya saat liburan.
Rosaria Pamungkas, 13, mengatakan, ia tertarik menjadi biarawati setelah melihat teladan seorang biarawati dari Kongregasi Suster-Suster Amalkasih Darah Mulia (ADM) yang pernah berkarya di Paroki Tyas Dalem di Kroya, juga di Cilacap.
"Suster itu punya banyak kawan dan mudah bergaul," kata Pamungkas, siswi kelas tiga sebuah sekolah menengah pertama. "Saya juga tertarik dengan kehidupan kaum religius yang terlihat suci dan dekat dengan Tuhan," lanjut anak bungsu dari lima bersaudara itu.
Seorang pemuda lain yang juga tertarik menjadi imam adalah Peter Faahakhododo. Pemuda berumur 19 tahun asal Nias, Sumatera Utara, itu mengatakan, "Kalau Tuhan memanggil saya, saya bersedia menjadi imam."
Mahasiswa tahun pertama di Akademi Maritim Nusantara (AMN) Cilacap itu mengagumi Pastor Carolus Burrows OMI, Direktur Yayasan Sosial Bina Sejahtera (YSBS) Cilacap. Faahakhododo dan 51 kaum muda lainnya yang selamat dari bencana tsunami yang terjadi Desember 2004 mendapat beasiswa dari yayasan tersebut.
Eska dan teman-temannya termasuk dalam 200 kaum muda Katolik yang mengikuti sebuah perayaan yang berlangsung 6-7 Mei dengan tema "Dipanggil untuk Hidup Suci." Perayaan itu diselenggarakan oleh kaum muda Paroki Tyas Dalem di Kroya bekerja sama dengan Musyawarah Antar-Tarekat Religius dan Imam Dekenat Selatan Keuskupan Purwokerto.
Selama perayaan itu, sejumlah kegiatan seperti permainan dan kesaksian tentang panggilan digelar di gereja paroki, sementara peserta tinggal di rumah-rumah umat, gedung sekolah, dan pastoran.
Perayaan yang disebut Misa Keliling itu telah diselenggarakan enam kali secara bergilir setiap tiga bulan oleh paroki-paroki yang masuk wilayah Dekenat Selatan. Perayaan terakhir merupakan giliran Paroki Tyas Dalem di Kroya.
Pada 7 Mei, Hari Minggu Panggilan, Pastor Michael Benedictus Sheko Swandi Marlindo, Ketua Komisi Kepemudaan Keuskupan Purwokerto, memimpin Misa khusus untuk mempromosikan panggilan itu bersama Pastor Stefanus Budi Prayitno. Keduanya adalah imam diosesan.
Pastor Marlindo mengatakan kepada UCA News, program Hari Panggilan itu memberi kesempatan kepada kaum muda Katolik untuk saling bertemu. "Diakui oleh para imam bahwa kegiatan ini mampu membangkitkan aktivitas kaum muda terutama yang mendapat giliran kesempatan."
Mengomentari program yang terakhir, imam itu mengatakan, "Paling tidak, mereka memahami bahwa ada pilihan hidup yang lain, yakni panggilan khusus, yang berbeda dengan apa yang selama ini mereka jalani."
"Mereka jadi tahu ternyata ada banyak kongregasi untuk imam dan suster," katanya, seraya menambahkan bahwa program itu merupakan kesempatan bagi kaum muda Katolik untuk membuka wawasan.
Sementara itu, Suster Anastasia Ervin Sri PMY, 33, merasa optimis tentang panggilan religius di kalangan kaum muda Katolik.
"Nama kegiatannya mereka sudah tahu, tetapi anak-anak muda itu mau datang dan mendengarkan sharing imam dan suster. Mereka mau bertanya. Berarti ini masih menarik bagi mereka," kata suster yang men-sharing-kan pengalaman religiusnya pada program itu.
Ibu Pamungkas, Felisita Ika Lestari, 47, mendukung keinginan anaknya untuk menjadi seorang biarawati. "Saya memang ingin salah satu anak saya masuk biara," katanya. Ia sudah meminta beberapa suster untuk mendoakan anaknya, lanjutnya.
Suka dengan artikel ini? [Bagikan artikel ini ke teman2-mu di FACEBOOK. Klik disini]