Koleksi artikel Karir, Komputer, Pengembangan Pribadi, Rohani dll
Home · Terbaru · Populer · Web Links 28 Apr 2025
GSN recommended web :
Ide2 bisnis, ide2 blog dari Cosa Aranda





Search

Artikel Web Link
Kategori
Excel Tips
Film Bioskop
Humor
Karir
Keluarga
Komputer & Internet
Pemasaran
Pengembangan Pribadi
Pernikahan
Relasi
Rohani
Virus & Antivirus
Webmaster
Lain-lain
Feed Back
Nama:
Email:
Pertanyaan/ Masukan/ Request Artikel/ Comment:

. . . .

Untuk mengundang Motivator Top Indonesia di Perusahaan / Organisasi Anda bisa kunjungi website dibawah ini:

Motivator Indonesia

Jadikan Saya Sebutir Ubi
Apa yang terjadi jika sebutir ubi dan sebutir telur dimasukkan ke
dalam air mendidih ? Apa kedua benda itu keluar dari panci panas
dalam keadaan yang sama dengan keadaan sebelum digodok ? Air
mendidih mengubah ubi dan telur itu. Namun perubahan yang terjadi
pada kedua benda itu sangat bertolak belakang. Setelah digodok
telur menjadi keras. Sebaliknya, ubi menjadi lembut. Kedua benda itu
berada dalam panci yang sama dan air mendidih yang sama, namun
reaksi mereka berbeda. Telur akan muncul dalam keadaan keras,
sedangkan ubi akan muncul dalam keadaan lembut.

Dalam hidup ini ada masa di mana kita harus masuk ke dalam panci
yang berisi air mendidih, yaitu musibah dan penderitaan. Dalam musibah
kita merasakan betapa sakit dan nyeri digodok dalam air mendidih.
Musibah dan penderitaan bisa terasa sangat kejam dan menyakitkan
bagaikan menusuk tulang sumsum dan hati. Apalagi ketika musibah
demi musibah datang menimpa bagaikan tak ada habisnya. Kita seperti
terhempas lemas. Sambil menunduk dan menarik nafas panjang kita
bertanya lirih, "Oh, Tuhan, mengapa ini harus terjadi?"

Namun kenyataan adalah kenyataan. Musibah itu sudah atau sedang
terjadi. Jadi yang lebih mendesak bukanlah persoalan mengapa musibah
ini terjadi, melainkan bagaimana menghadapinya. Bagaimana bisa melewati
dan mengatasi musibah ini. Bagaimana bisa survive dalam dan dari
musibah ini. Jika musibah dan penderitaan merupakan ibarat digodok
dalam panci, soalnya adalah bagaimana kita bisa ke luar dan dalam
keadaan bagaimana kita akan ke luar dari panci itu. Apakah kita akan
ke luar sebagai telur ataukah sebagai ubi ?

Di sinilah terletak dampak yang paling mendasar dari suatu penderitaan
atau musibah. Dari waktu ke waktu tiap orang mengalami penderitaan dan
musibah. Tetapi cara orang ke luar dari penderitaan atau musibah
berbeda-beda.

Ada orang yang ke luar dari musibah dalam keadaan yang sangat tertekan.
Mukanya selalu suram. Ia menyendiri. Hidupnya menjadi pahit dan getir.
Sikapnya terhadap orang lain menjadi kaku. Ia menjadi keras. Ia ibarat
telur yang setelah ke luar dari air mendidih menjadi keras.

Sebaliknya, ada orang yang setelah ke luar dari musibah justru menjadi
bijak dan matang. Ia merasa damai dengan dirinya. Sikapnya hangat dan
ramah. Ia tersenyum dan menyapa. Ia menjadi lembut. Ia ibarat ubi yang
setelah digodok justru menjadi lembut.

Dampak itu bisa begitu berbeda, sebab pandangan dan ketahanan orang
terhadap penderitaan dan musibah berbeda-beda. Pengarang Surat Yakobus
menulis, " ... turutilah teladan penderitaan dan kesabaran para
nabi.... sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka
yang telah bertekun; kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan
kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya,
karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan" (Yak. 5 : 10-11).

Menurut Yakobus kuncinya adalah bertekun. Orang yang mau bertekun
(Yunaninya : upomonen, artinya : tabah, bertahan, setia, bertekun)
dalam penderitaan adalah orang yang berbahagia. "Kami menyebut
mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun... " (ay. 11).
Paulus mengalimatkan kaitan ini secara lebih terinci: "Kita malah
bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu bahwa
kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan
tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan" (Rm. 5 : 3-4).

Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Penderitaan dan
musibah tidak dapat dihindarkan. Itu adalah bagian hidup. Hidup
adalah ibarat roda, sebentar di atas, sebentar di bawah. Hidup ini
ada enaknya dan ada tidak enaknya, yaitu masuk dalam panci dan
digodok dalam air mendidih.

Soalnya, apakah kita akan ke luar dari panci panas itu sebagai
telur rebus yang keras ataukah sebagai ubi yang lembut ? Apakah
kita akan ke luar dari sebuah musibah sebagai orang yang kaku dan
keras ataukah sebaliknya, sebagai orang yang berhati lembut ?
Agaknya, dalam suatu musibah kita boleh belajar berbisik,
"Tuhan, biarlah saya menjadi seperti ubi ... seperti sebutir ubi
rebus yang lembut, hangat dan manis .... "

Oleh : Dr. Andar Ismail
http://www.gsn-soeki.com/wouw/?koleksi-artikel-utk-semua
Suka dengan artikel ini? [Bagikan artikel ini ke teman2-mu di FACEBOOK. Klik disini]


Posted: 17 July 2006 02:293788 Reads - Print
Ratings
Please select your Rating:
No Ratings have been Posted.
Artikel Sebelumnya:
Kadal yang Terjerat

Cerita dari Afrika

Kristianitas adalah sebuah hubungan, bukan sebuah ideologi, kata Paus

Paus: Dialog dengan Islam secara timbal balik dan menghormati identitas orang sebagai dasarnya

Paus kepada kaum muda: Hadirkanlah Allah di dalam masyarakat

Artikel Lainnya:
Renungan Harian Katolik RenunganPKarmCSE.com

Koleksi ucapan/sms Selamat Tahun Baru 2011

Pesan Paus untuk para Imam: "Kita Harus nge-Blog"

Penyakit Kawasaki Hadir di Indonesia;; 5.000 Balita Menderita Penyakit Kawasaki;; RS Omni Dirikan Kawasaki Center

Netbook HP (Notebook mini Hewlett-Packard) yang paling dicari saat ini: HP mini 1013TU, HP 1169, HP 1179

Melakukan Lima Usaha Marketing (3)

Membangun Spirit Bangsa

Milis Yahoogroups yang mendadak hilang/dihapus

I Love You, Honey

Jurus-Jurus Marketing Inspirasional (Jurus Orchard Road)



It's free for YOU. Gratis untuk ANDA!