Koleksi artikel Karir, Komputer, Pengembangan Pribadi, Rohani dll
Home · Terbaru · Populer · Web Links 27 Apr 2025
GSN recommended web :
Ide2 bisnis, ide2 blog dari Cosa Aranda





Search

Artikel Web Link
Kategori
Excel Tips
Film Bioskop
Humor
Karir
Keluarga
Komputer & Internet
Pemasaran
Pengembangan Pribadi
Pernikahan
Relasi
Rohani
Virus & Antivirus
Webmaster
Lain-lain
Feed Back
Nama:
Email:
Pertanyaan/ Masukan/ Request Artikel/ Comment:

. . . .

Untuk mengundang Motivator Top Indonesia di Perusahaan / Organisasi Anda bisa kunjungi website dibawah ini:

Motivator Indonesia

Mau Kaya? Baca Berita
(Oleh: Her Suharyanto)

PARUH KEDUA tahun 2000 saya ditawari posisi baru dan akhirnya memutuskan untuk pindah kerja, dari harian Bisnis Indonesia ke kantor berita Dow Jones Newswires, salah satu kantor berita terkemuka di bidang ekonomi dan keuangan. Sebelum benar-benar "ngantor", sebenarnya saya sudah beberapa kali berkunjung ke kantor redaksi media tersebut. Tetapi yang benar-benar mencengangkan saya adalah apa yang saya baca pada hari pertama saya masuk kerja. Di bawah logo Dow Jones dalam format sederhana tertulis tagline yang mencengangkan tersebut: News to profit by. Berita untuk menangguk untung.

Saya langsung teringat pada mentor jurnalistik ekonomi saya, Pak Gery N. Munthe, namanya. Waktu itu kami sedang berdiskusi mengenai berapa harga newsletter ekonomi bilingual di Jakarta. Saya sempat tidak percaya ketika mendengar harga langganan produk stensilan itu bisa mencapai enam sampai sepuluh kali harga langgaran koran terbesar di Indonesia sekalipun. Padahal newsletter itu terbit hanya tiga kali sepekan. "Kamu pikir, mengapa orang berani membayar mahal?" tanya Pak Gery sekitar bulan Februari atau Maret 1992. Pertanyaan itu sendiri sebenarnya sudah mengandung jawaban. Tetapi begitu disodorkan, pertanyaan itu kembali mengingatkan bahwa manfaat yang diperoleh tentu lebih besar dibanding dengan harga yang harus dibayar untuk newsletter tersebut.

Dan di kemudian hari saya memang terus menemukan kebenaran pertama yang disampaikan editor saya tersebut: harga berita yang baik dan berguna ternyata mahal. Di paruh kedua tahun 90-an, ketika pasar modal mulai berkembang, beberapa teman wartawan pasar modal membuat terobosan. Di luar media tempat mereka bekerja, mereka meluncurkan satu media alternatif berisi "berita kilat" yang dikirim kepada pelanggan dengan faksimili setiap hari, pagi dan sore, dari Senin sampai Jumat. Mau tahu harganya? Limaratus dollar per bulan. Sayang media ini rontok karena kehabisan pelanggan ketika krisis 1997/98. Harga langganan 500 dollar menjadi terlalu mahal untuk situasi ekonomi waktu itu.

Sementara itu hingga kini kalangan pelaku ekonomi riil, seperti kontraktor misalnya, masih sangat fanatik dengan newsletter bernama Business News, dan sebelumnya juga ada Ekonomi Indonesia, dan CIC. Semuanya dijual dalam dollar AS. Ketika saya bergabung di kantor berita tahun 2000, saya semakin terkejut-kejut, karena harga langganan berita real time via satelit bisa mencapai ratusan dollar untuk satu kategori berita (misalnya kategori komoditas, perbankan, ekonomi, saham dll). Padahal banyak pelanggan yang berlangganan beberapa kategori berita sekaligus.

Di awal karir jurnalistik saya, editor saya selalu mendorong kami para reporter yunior untuk membaca berita Reuters, Financial Times, dan The Asian Wall Street Journal. Karena saya tidak berlatar belakang ekonomi, terus terang saya sempat mencibir: berita seperti ini kok disiarkan? Apa urusannya fenomena frozen di Brazil? Mengapa badai di Mexico dianggap penting? Mengapa laporan cuaca di Indonesia dilaporkan oleh kantor berita internasional?

Dengan sabar editor saya itu bertanya, apa yang akan terjadi di dunia kalau iklim di Indonesia tiba-tiba berbalik? Misalnya September sampai Februari tidak ada hujan, sementara mulai Mei sampai Agustus justru ada banyak hujan? Kami para reporter baru cuma cekikikan, menganggap pertanyaan itu lelucon belaka. Tapi untunglah editor saya sangat sabar. "Bagaimana bapakmu, Her?" dia bertanya. Gotcha, saya langung "ngeh", urusannya terkait langsung dengan sektor pertanian dan agribisnis. "Bayangkan, apakah petani kopi akan panen? Dan apa yang akan terjadi kalau ekspor kopi Indonesia terpangkas 40%? Bagaimana nasib petani tembakau? Kalau pertanian tembakau gagal, bagaimana industri rokok? Kalau industri rokok jeblok, bagaimana penerimaan pemerintah dari pajak dan cukai? Bagaimana nasib saham rokok? Bagaimana pengaruhnya di indeks harga saham gabungan?"

Secara hipotetis dampaknya jelas: kalau panen tembakau gagal, biaya produksi industri rokok akan meningkat. Akibatnya keuntungan perusahaan akan tertekan, atau bahkan perusahaan akan merugi. Dampak lebih lanjut, penerimaan pajak dan cukai turun, harga saham jeblok, dan IHSG tertekan. Kalau panen kopi gagal, ekspor turun, maka pasokan kopi robusta dunia akan berkurang dan harga akan meningkat, karena Indonesia pemasok 90% kopi robusta dunia.

Satu pelajaran awal untuk saya. Yakni bahwa membaca berita tidak boleh berhenti pada informasi apa yang tersaji dalam teks berita tersebut. Saya harus bisa membuat analisa dengan cara berpikir lateral. Saya dituntut untuk bersikap kritis dengan bertanya, kalau saya membaca dan menghadapi satu berita, apa dampak dari berita itu? Dari bos saya itu pula saya belajar, bahwa berita ekonomi bukanlah pertama-tama peristiwa ekonomi. Berita ekonomi adalah peristiwa apa pun sejauh memberikan dampak ekonomi.

* Her Suharyanto adalah penulis independen.
Suka dengan artikel ini? [Bagikan artikel ini ke teman2-mu di FACEBOOK. Klik disini]


Posted: 15 June 2006 11:457480 Reads - Print
Ratings
Please select your Rating:
No Ratings have been Posted.
Artikel Sebelumnya:
Membangun Personal Branding Online

Dagang dengan E-mail

Ingin Kehilangan Bisnis? Acuhkan saja Customer E-Mail

Artikel Lainnya:
Renungan Harian Katolik RenunganPKarmCSE.com

Koleksi ucapan/sms Selamat Tahun Baru 2011

Pesan Paus untuk para Imam: "Kita Harus nge-Blog"

Penyakit Kawasaki Hadir di Indonesia;; 5.000 Balita Menderita Penyakit Kawasaki;; RS Omni Dirikan Kawasaki Center

Netbook HP (Notebook mini Hewlett-Packard) yang paling dicari saat ini: HP mini 1013TU, HP 1169, HP 1179

Melakukan Lima Usaha Marketing (3)

Membangun Spirit Bangsa

Milis Yahoogroups yang mendadak hilang/dihapus

I Love You, Honey

Jurus-Jurus Marketing Inspirasional (Jurus Orchard Road)



It's free for YOU. Gratis untuk ANDA!