[VATIKAN-POLANDIA]
"DI TEMPAT SEPERTI INI, TIADA KATA TERUCAP"
Benediktus XVI berkunjung ke wilayah kamp konsentrasi Auschwitz pada hari ini, sebuah kunjungan yang secara pribadi diharapkannya termasuk dalam ziarahnya di Polandia.
"Untuk berbicara di tempat mengerikan ini, di tempat di mana kejahatan-kejahatan masal yang lalu dilakukan melawan Allah dan manusia, hampir tidak mungkin -- dan adalah sungguh sukar dan sulit bagi seorang Kristiani, bagi seorang Paus dari Jerman," kata Bapa Suci hari ini saat ia memulai sambutannya.
"Di tempat seperti ini, tiada kata terucapkan," katanya. "Pada akhirnya, akan hanya ada keheningan mengerikan -- sebuah keheningan yang merupakan sebuah tangisan hati kepada Allah: Mengapa, Tuhan, Engkau tetap hening? Bagaimana mungkin Engkau mentolerasi semuanya ini?"
"Aku datang ke sini hari ini sebagai seorang putra dari bangsa Jerman," kata Benediktus XVI. "Demi alasan khusus inilah, aku dapat dan harus menggemakan kata-kata (Yohanes Paulus II): Aku tidak dapat tidak berkunjung ke sini. Aku harus datang.
"Itu adalah sebuah tugas dihadapan kebenaran dan keadilan bagi semua yang menderita di sini, sebuah tugas dihadapan Allah, bagiku untuk datang ke sini sebagai penerus dari Paus Yohanes Paulus II dan sebagai seorang putra dari bangsa Jerman -- seorang putra dari bangsa yang mana atasnya sebuah komplotan kriminal berkuasa dengan janji-janji palsu akan kedigdayaan masa depan dan penemuan kembali dari kehormatan, keulungan dan kemakmuran negara, namun juga lewat teror dan intimidasi, dengan akibatnya rakyat kami digunakan dan diperlakukan sebagai sebuah alat dari kehausan mereka akan penghancuran dan kekuasaan."
"Ya, aku tidak dapat tidak datang ke sini," tegas Bapa Suci.
PILIHAN PRIBADI
Seperti mereka yang dideportasi ke kamp itu bertahun-tahun yang lalu, ia dapat membaca kata-kata di gerbang, yang ditulis dalam bahasa asalnya Jerman, "Arbeit Macht Frei" (Kerja membebaskan).
Juru bicara Vatikan Joaquín Navarro Valls mengkonfirmasikan pada hari Sabtu bahwa itu adalah sebuah kunjungan yang secara pribadi dimasukkan oleh Paus Benediktus XVI ke dalam jadwal kunjungannya ke Polandia.
Setelah mengunjungi tempat-tempat mengerikan dalam keheningan, berdoa dalam beberapa waktu lamanya dan berbicara kepada orang-orang yang selamat dari kamp pembasmian masa perang, Bapa Suci menyampaikan pesannya dengan suara agak parau.
"Di manakah Allah di hari-hari itu? Mengapakah IA hening?" tanya Paus.
"Kita tidak dapat mengetahui rencana misterius Allah -- kita melihat hanya sedikit demi sedikit, dan kita akan menjadi salah dalam membiarkan diri kita sebagai hakim dari Allah dan sejarah," katanya.
"Dan tangisan kita kepada Allah haruslah juga menjadi sebuah tangisan yang menembus hati kecil kita, sebuah tangisan yang membangkitkan di dalam diri kita kehadiran Allah yang tersembunyi -- sehingga kekuasaanNya, kekuasaan yang ia tanamkan di hati kita, tidak akan terkubur atau tersumbat dalam diri kita oleh lumpur keegoisan, kekecutan hati, ketidakacuhan atau oportunisme," Paus Benediktus XVI mewanti-wantikan.
KEKUATAN DARI KEGELAPAN
"Marilah kita berteriak kepada Allah, dengan segenap hati kita, pada masa ini, saat kemalangan baru menimpa kita, saat segala kekuatan kegelapan tampak muncul kembali dari hati manusia: apakah itu adalah penyalahgunaan nama Allah sebagai sebuah maksud dari pembenaran kekerasan yang tak masuk akal terhadap orang-orang tak bersalah, atau sinisme yang menolak untuk mengakui Allah dan mengolok-olok iman kepadaNya," lanjut Paus.
"Marilah kita berteriak kepada Allah," tambahnya, "agar Ia boleh mengkonversi laki-laki dan wanita dan membantu mereka untuk melihat bahwa kekerasan tidak membawa perdamaian, namun hanya menghasilkan lebih banyak lagi kekerasan -- sebuah kekacaubalauan dari penghancuran di mana setiap orang pada akhirnya adalah yang kalah."
Setelah meninggalkan kamp konsentrasi, Bapa Suci pergi dengan mobil ke Krakow/bandara udara Balice, di mana upacara perpisahan diadakan dan dihadiri oleh Presiden Polandia Lech Kaczynski.
(diterjemahkan oleh Shirley Hadisandjaja dari sumber: Zenit, 28 Mei 2006)
Shirley Hadisandjaja
http://www.pondokrenungan.com
Suka dengan artikel ini? [Bagikan artikel ini ke teman2-mu di FACEBOOK. Klik disini]