Koleksi artikel Karir, Komputer, Pengembangan Pribadi, Rohani dll
Home · Terbaru · Populer · Web Links 29 Apr 2025
GSN recommended web :
Ide2 bisnis, ide2 blog dari Cosa Aranda





Search

Artikel Web Link
Kategori
Excel Tips
Film Bioskop
Humor
Karir
Keluarga
Komputer & Internet
Pemasaran
Pengembangan Pribadi
Pernikahan
Relasi
Rohani
Virus & Antivirus
Webmaster
Lain-lain
Feed Back
Nama:
Email:
Pertanyaan/ Masukan/ Request Artikel/ Comment:

. . . .

Untuk mengundang Motivator Top Indonesia di Perusahaan / Organisasi Anda bisa kunjungi website dibawah ini:

Motivator Indonesia

Kenangan Natal beberapa tahun lalu
Gerimis sejak sore belum juga berhenti. Udara dingin menebar. Orang
lebih suka diam dalam rumah atau tidur. Menikmati kesejukan yang jarang
terjadi di Surabaya. Aku berjalan memasuki deretan rumah yang sebagian
besar sudah menutup pintu. Sepi. Kampung ini biasanya ramai kini
lengang. Tidak ada satu anak pun yang masih berkeliaran di gang.

Aku berjingkat-jingkat menghindari genangan air. Tubuhku sudah setengah
basah. Tapi aku tidak peduli. Aku sangat suka berjalan ditengah gerimis.
Ada suasana nikmat yang tidak dapat dijelaskan. Selain itu satu-satunya
payung yang kami miliki tadi dibawa kakakku yang langsung pulang setelah
misa. Aku tidak langsung pulang sebab mau menemui seorang teman dulu.
Maka terpaksa tidak membawa payung, sebab arah kami berbeda. Kakakku
tadi melarangku untuk pergi. Dia mengatakan lebih baik pulang dulu. Tapi
aku yakin kalau sudah sampai di rumah pasti bapak tidak mengijinkan
keluar rumah lagi, sebab sudah malam. Maka aku berjalan di tengah
gerimis.

Misa Natal dipimpin oleh romo paroki. Beliau berkotbah tentang makna
kelahiran Yesus dan aplikasinya bagi manusia saat ini. Menurut beliau
Natal adalah saat penting dalam sejarah keselamatan manusia. Allah hadir
ke dunia untuk memberikan suka cita pada manusia. Apakah aku juga bisa
hadir untuk membawa suka cita bagi sesama? Kotbah itu membuatku berpikir
apakah aku sudah hadir dan memberi suka cita pada sesama? Tiba-tiba aku
teringat pada temanku. Maka setelah misa selesai aku memutuskan untuk
pergi ke rumah temanku.

Rumah yang kutuju sudah tertutup rapat. Sebetulnya ini hanya sebuah
ruang ukuran 3X4 m berdinding tripleks dalam sebuah deretan panjang. Ada
enam atau tujuh rumah seperti itu yang berjajar menghadap tembok rumah
tetangga. Jalan masuk ke rumah mereka hanya sebuah lorong tidak lebih
dari 1 m lebarnya. Kuketuk pintu tripleks. Beberapa kali ketukan baru
pintu dibuka. Wajah temanku muncul di balik pintu yang tidak terbuka
sepenuhnya. Dia terkejut melihatku berdiri dengan tubuh setengah basah.
Aku langsung masuk.

Kami duduk di tikar. Dua adiknya tertidur berdesakan di sebelahku. Orang
tuanya tidur di "ruang lain" yang dibatasi oleh kain. Wajah ayahnya
menyembul dari balik kain. Melihatku sejenak dan bertanya ada apa kok
malam-malam. Aku hanya tersenyum. Aku sudah beberapa kali main kesini
sehingga sudah dikenal oleh keluarga ini. Temanku juga sudah sering main
ke rumahku bahkan tidur disana.

"Ada apa?" tanya temanku
"Tidak ada apa-apa." Jawabku. "Tadi aku dari gereja dan beli martabak di
Blauran." Aku mengeluarkan bungkusan dua martabak yang kubeli di tepi
jalan. "Andik dan Tina tidak dibangunkan?" temanku menggoyang-goyangkan
kedua tubuh adiknya. Tidak berapa lama mereka sudah duduk dengan mata
setengah terpejam. Namun segera terbuka ketika melihat ada martabat di
depannya. Tidak lama ibu dan bapaknya juga keluar dan duduk bersama
kami.
"Kok bawa martabak malam-malam begini?" tanya ibunya
"Tadi dari misa Natalan,"

Sebetulnya keluarga ini adalah keluarga Katolik. Namun mereka jarang
sekali ke gereja sebab tidak mempunyai uang transport dan pakaian yang
pantas untuk ke gereja. Memang tidak ada aturan bahwa orang harus
memakai baju bagus kalau ke gereja. Namun keluarga ini merasa malu bila
harus ke gereja dengan pakaian yang mereka miliki. Mereka merasa menjadi
orang asing ditengah orang yang berpakaian bagus. Mereka juga merasa
kurang diperhitungkan kehadirannya. Kalau ada salam damai orang enggan
bersalaman dengan mereka sebab mereka kumuh. Kalau toh ada yang mau
bersalaman itu hanya formalitas dan keterpaksaan saja. Ini bukan teori
tapi memang kenyataan. Aku melihatnya sendiri. Maka aku tidak pernah
menyalahkan kalau mereka jarang sekali ke gereja. Hanya aku bermimpi
mungkinkah suatu saat nanti aku bisa mendirikan gereja untuk kaum
miskin. Sehingga keluarga seperti ini bisa datang ikut misa tanpa merasa
canggung dan malu. Tidak merasa disepelekan oleh sesamanya. Tapi ini
hanya mimpi, sebab gereja kaum miskin hanya ada di desa-desa yang
miskin.

Memang kalau pendapatku ini aku katakan pada romo atau frater yang di
paroki pasti mereka tidak setuju. Mereka mengatakan bahwa gereja terbuka
untuk siapa saja. Bahkan Yesus sangat peduli pada kaum miskin. Tapi
kenyataan berbicara lain. Aku pernah ketakan pada romo dan frater kalau
mereka datang dengan pakain kumuh apakah masih bisa diterima di gereja?
Gedung gereja yang indah saja sudah membuat keluarga ini takut untuk
masuk. Jangan-jangan mereka hanya akan mengotori gedung gereja saja.
Para romo juga lebih suka berkunjung ke rumah orang kaya daripada kaum
miskin. Saat itu romo melotot padaku, tapi ketika kutanya apakah beliau
pernah berkunjung ke rumah temanku? Ternyata tidak. Padahal aku sudah
beberapa kali mengatakan pada beliau tentang keluarga teman ini.

"Kamu kok repot-repot membawa martabak." Kata temanku.
"Aku ingin kita merayakan Natal bersama." Jawabku. "Toh di rumah aku
juga tidak bisa merayakan Natal."

Dalam keluargaku hanya kakak yang Katolik. Temanku tampak sedih.
Sebetulnya dia ingin sekali ke gereja pada malam Natal ini. Aku sudah
mengajaknya berangkat bersama. Dia kusuruh ke rumahku dulu baru
berangkat dengan kakak. Tapi tadi sore kutunggu tidak datang-datang.
Maka aku berangkat berdua bersama kakak. Aku sudah tahu pasti alasannya
adalah tidak punya baju. Apalagi saat natal seperti ini dimana semua
orang memakai baju baru atau bagus. Pernah kami hanya duduk di balik
pagar gereja sebab malu untuk masuk. Kami takut akan menjadi tontonan
orang bila misa natal dengan pakaian yang kami punya.

Pernah kami membayangkan tidur di gua Natal, sehingga meski memaki
pakain buruk pun orang akan datang. Kami akan diterima. Tapi sayang di
gua hanya diisi patung. Orang hanya tertarik pada patung dan cerita
tentang Yesus yang miskin daripada kami yang miskin. Orang lebih
bersemangat berkunjung ke replika gubuk Maria dan Yoseph daripada ke
gubuk kami yang nyata. Orang hidup dalam alam bayangan. Tidak nyata.

"Yuk kita makan." Ajakku setelah melihat ibu selesai memotong-motong
martabak menjadi beberapa potongan. Tanpa diperintah dua kali
adik-adiknya sudah mengambil yang paling besar. Kami mengobrol sampai
agak larut. Martabat sudah habis beberapa waktu yang lalu. Kedua adiknya
sudah tidur kembali. Aku pamit. Diluar hujan sudah agak reda. Tinggal
gerimis tipis. Udara semakin dingin. Aku berjalan menyusuri jalanan yang
semakin sepi. Rumahku masih cukup jauh. Aku merasakan kebahagiaan meski
harus berjalan kaki sekitar 40 menit lagi, sebab uangku sudah habis
untuk beli martabak.

Natal kali ini memberiku pengalaman indah. Aku tidak yakin apakah aku
sudah bisa mengaktualisasikan kotbah romo paroki atau belum. Bagiku yang
penting aku bisa mengadakan pesta natal bersama temanku.

salam

Rm Gani

Suka dengan artikel ini? [Bagikan artikel ini ke teman2-mu di FACEBOOK. Klik disini]


Posted: 19 April 2006 01:153346 Reads - Print
Ratings
Please select your Rating:
No Ratings have been Posted.
Artikel Sebelumnya:
Sangkar Burung Yang Sudah Karatan

TIADA YANG PERLU DITAKUTKAN

Pria Belanda Buat Replika Bahtera Nuh

PIANO

A God's Cake

Artikel Lainnya:
Renungan Harian Katolik RenunganPKarmCSE.com

Koleksi ucapan/sms Selamat Tahun Baru 2011

Pesan Paus untuk para Imam: "Kita Harus nge-Blog"

Penyakit Kawasaki Hadir di Indonesia;; 5.000 Balita Menderita Penyakit Kawasaki;; RS Omni Dirikan Kawasaki Center

Netbook HP (Notebook mini Hewlett-Packard) yang paling dicari saat ini: HP mini 1013TU, HP 1169, HP 1179

Melakukan Lima Usaha Marketing (3)

Membangun Spirit Bangsa

Milis Yahoogroups yang mendadak hilang/dihapus

I Love You, Honey

Jurus-Jurus Marketing Inspirasional (Jurus Orchard Road)



It's free for YOU. Gratis untuk ANDA!